40% Subsidi BBM Dinikmati oleh Rumah Tangga Si Kaya

By plinplan on May 22nd, 2008 @ 08:05:28

Jakarta - Subsidi BBM tidak pelak lagi dinikmati oleh sebagian besar orang kaya. Orang terkaya di Indonesia paling banyak menikmati murahnya BBM melalui subsidi. Sedangkan orang miskin paling sedikit menerima subsidi.

Berdasarkan survei Susenas (Survei Sosial-Ekonomi Nasional) 20 persen rumah tangga terkaya menikmati 40 persen subsidi yang dikucurkan pemerintah. Ironisnya 20 persen rumah tangga termiskin itu menikmati subsidi BBM kurang dari 10 persen

“Makanya itu gak adil,” ujar Menkeu Sri Mulyani dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Rabu (21/5/2008).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM merupakan keputusan yang sangat berat.

Pemerintah menyadari dengan kenaikkan harga BBM yang akan dilakukan, rakyat miskin akan semakin berat bebannya.

Oleh karena Menkeu mengatakan dengan kenaikan harga BBM justru akan mengalihkan kenikmatan yang selama ini dirasakan oleh kelompok atas kepada kelompok bawah, melalui pengalihan subsidi kepada program-program pemberantasan kemiskinan seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan program lainnya.

“Dengan kenaikan harga BBM yang dilakukan kita akan konsentrasi kepada kelompok menengah ke bawah untuk mengurangi beban hidup mereka,” ujarnya.

Menkeu mengatakan kondisi harga minyak saat ini akan semakin tinggi di atas US$100 per barel.

“Bahkan Presiden OPEC bilang dengan pelemahan dolar AS yang terjadi level minyak sebesar US$ 200 per barel di akhir tahun bukannya tidak mungkin,” ujarnya.

Selain itu, Menkeu juga mengatakan dengan semakin bergejolaknya harga minyak dunia yang membuat subsidi BBM menjadi sangat tinggi. Tingkat kepercayaan pasar terhadap pemerintah menjadi turun karena pasar melihat APBN menjadi tidak kuat menahan besaran subsidi BBM.

“Dari awal tahun 2008, kapitalisasi pasar saham tergerus hampir Rp 300 triliun karena saham di Indonesia dinilai tidak prospektif lagi oleh pasar, jadi melonjaknya subsidi BBM mengakibatkan telah terjadi erosi kepercayaan di pasar, seperti juga pergerakan rupiah yang anomali di mana melemah sementara mata uang lain menguat terhadap dolar,” tuturnya.

Menkeu juga mengatakan obligas pemerintah tingkat imbal hasil atau yield-nya makin naik sehingga harganya turun karena investor menilai APBN tidak sehat, sebab bantalan
anggaran pada APBN-P hanya bisa menutup risiko secara terbatas.

“Penerbitan SUN di 2008 sampai saat ini hanya mencapai Rp 57,8 triliun padahal biasanya bisa lebih dari itu, suku bunga yang diberikan juga lebih tinggi 2,5 hingga 3,5 persen karena situasi yang terjadi,” ujarnya.
( dnl / ddn )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proklamasi

a letter to my friends

Leo Sayer - More Than I Can Say